Kumpulan Cerita Sex 2018 - Aku punya seorang kakak ipar, Yanti Herawati namanya. Usianya sudah 34 tahun, lebih tua 6 tahun dari istriku.
Mba Yanti, begitu aku memanggilnya, sudah menikah dengan dua anak.
Berbeda dengan istriku yang cenderung kurus, Mba Yanti berbody montok
dengan dada dan pantat yang lebih besar dibanding istriku.
Rumah Mba Yanti tidak terlalu jauh dengan rumahku sehingga aku dan
istriku sering berkunjung dan juga sebaliknya. Tapi aku lebih suka
berkunjung ke rumahnya, karena di rumahnya, Mba Yanti biasa memakai
pakaian rumah yang santai bahkan cenderung terbuka. Pernah suatu pagi
aku berkunjung, dia baru saja bangun tidur dan mengenakan daster tipis
tembus pandang yang menampakkan buah dada besarnya tanpa bra. Pernah
juga aku suatu waktu Mba Yanti dengan santainya keluar kamar mandi
dengan lilitan handuk dan tiba2x handuk itu melorot sehingga aku terpana
melihat tubuh montoknya yg bugil. Sayang waktu itu ada istriku sehingga
aku berlagak buang muka.
Suatu pagi di hari Minggu, aku diminta istriku mengantarkan makanan
yang dibuatnya untuk keponakannya, anak-anak Mba Yanti. Tanpa pikir
panjang aku langsung melajukan mobilku ke rumah Mba Yanti, kali ini
sendirian saja. Dan satu hal yang membuatku semangat adalah fakta bahwa
suami Mba Yanti sedang tidak ada di rumah.
Sampai di rumah Mba Yanti, semua masih tidur sehingga yang membukakan
pintu adalah pembantunya. Aku masuk ke dalam rumah dan setelah yakin si
pembantu naik ke kamarnya di atas, aku mulai bergerilya.
Dengan perlahan aku membuka pintu kamar Mba Yanti, dan seperti sudah
kuduga, Mba Yanti tidur dengan daster tipisnya yang bagian bawahnya
sudah tersingkap hingga paha dan celana dalam warna hitamnya. Aku
meneguk ludah dan langsung konak melihat paha montok yang putih mulus
itu, apalagi lengkap dengan CD hitam yang kontras dengan kulit putihnya.
Pagi itu aku sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk bisa
menjajal tubuh montok kakak iparku. Tekadku sudah bulat untuk menikmati
setiap lekukan tubuhnya. Setelah puas melihat pemandangan di kamar, aku
kemudian menuju meja makan di mana kulihat dua gelas teh manis sudah
terhidang, satu untukku dan satunya pasti untuk Mba Yanti.
Dengan penuh semangat aku meneteskan cairan perangsang yang kubeli
beberapa waktu lalu ke dalam teh Mba Yanti. Aku berharap wanita itu akan
dipenuhi birahi sehingga tidak menolak untuk aku sentuh.
Dewi keberuntungan memang sedang memihakku pagi itu. Tak berapa lama,
Mba Yanti bangun dan seperti biasa, dengan santainya dia berjalan
keluar kamar masih dengan daster minim itu yang membuatku semakin
tergila-gila.
“Eh, ada Farhan, udah lama?”, sapanya dengan suara serak yang terdengar seksi, seseksi tubuhnya.
“Baru mbak, antar makanan buatan Rina”, jawabku sambil melihat dengan jelas buah dada besarnya yang no-bra itu.
Mba Yanti memang sangat cuek, dia tidak memperdulikan mataku yang
nakal memandangi buah dadanya yang menggelantung di balik daster
tipisnya. Dengan gontai ia menuju meja makan dan menghirup teh yang
sudah kuberikan cairan perangsang. Menurut teori, dalam waktu 5 sampai
10 menit ke depan, hormon progesteron Mba Yanti akan meningkat dan ia
akan terbakar nafsu birahi.
Setelah minum teh, Mba Yanti masuk ke kamar mandi untuk cuci muka, pipis dan pastinya cuci meki lah, he3x…
Keluar dari kamar mandi, wajah Mba Yanti memang sudah lebih segar.
Masih dengan daster tipis yang memberikan informasi maksimal itu, dia
memanggil pembantunya dan menyuruh ke pasar. Wah, tambah perfect deh,
pikirku.
Setelah sedikit beraktivitas di ruang makan, ia kembali ke kamar.
Pasti dia akan ganti baju pikirku. Dengan perlahan aku mengikuti di
belakangnya. Dan benar juga seperti dugaanku, Mba Yanti tidak menutup
dengan baik pintu kamarnya. Dia begitu cuek atau sengaja memberikanku
kesempatan mengintipnya berganti baju.
Penisku semakin mengeras melihat Mba Yanti menanggalkan dasternya dan
… oh, rupanya obat perangsangku sudah mulai bekerja. Mba Yanti tampak
gelisah lalu mengusap-usap selangkangannya dengan tangan. Aku seperti
diberi berkah pagi itu, Mba Yanti benar2x seperti terangsang hebat. Dia
dengan sedikit terburu-buru melepas CD hitamnya sehingga kini ia benar2x
bugil di kamar. Kemudian kulihat ia mengusap-usap bagian meki dan
sekitarnya dengan tangan. Wah… tak akan kubiarkan dia melakukan
masturbasi.
Dengan semangat 45 dan penuh percaya diri, aku membuka celanaku dan
membiarkan penisku yang sudah konak dari tadi mengacung bebas.
Walau dengan sedikit canggung, aku beranikan diri membuka pintu kamarnya.
“Farhan… kamu…”, Mba Yanti menjerit melihat aku masuk ke kamarnya
sementara dia sedang bugil dan lebih kaget lagi melihat aku tanpa celana
dan mengacungkan penis ke arahnya.
“Daripada pakai tangan, pakai ini aja Mbak…”, pintaku seraya memegang
batang penisku.“Gila kamu, jangan kurang ajar”, sergahnya ketika aku
mendekati tubuh bugilnya.
Mba Yanti menampik tanganku yang ingin menjamahnya, tapi nafsu birahi
yang membakar otaknya membuatnya tak cukup tenaga untuk menolak lebih
lanjut sentuhanku.
Ketika tanganku berhasil meraih buah dada dan meremasnya, dia hanya
bilang “Gila kamu!”, tapi tak sedikitpun menjauhkan tanganku untuk
meremas-remas buah dada dan memilin puting susunya.
Aku sudah merasa di atas angin. Mba Yanti hanya bersumpah serapah,
namun tubuhnya seperti pasrah. Setiap sentuhan dan remasan tanganku di
tubuhnya hanya direspon dengan kata “kurang ajar” dan “gila kamu”, namun
aku merasa yakin dia menikmatinya.
Dugaanku betul, Mba Yanti akhirnya dengan malu2x memegang batang penisku.
“Besar banget punya kamu Farhan”, serunya.
“Pingin masuk memek Mbak tuh…” jawabku.Mba Yanti tersenyum
manja,”Gila kamu!”“Iya mbak, saya memang tergila-gila pada Mbak”, rayuku
sambil terus memilin puting susunya yang sudah mengeras.
Mba Yanti semakin relaks dan pasrah. Kini dengan sangat mudah aku
bisa meraih daerah selangkangannya yang berbulu tipis dan mulai
meraba-raba vaginanya yang ternyata sudah becek.
“Kaya’nya memeknya udah minta nih Mbak”, kataku.
“Gila kamu!”, entah sudah berapa kali dia mengeluarkan kata itu pagi
ini.“Nungging Mbak, saya masukin dari belakang”, pintaku untuk doggy
style.
Mba Yanti masih dengan sumpah serapah menuruti kemauanku. Kini pantat
bahenolnya terpampang di hadapanku, pantat yang selama ini aku impikan
itu akhirnya bisa kuraih dan kuremas-remas.
Dengan perlahan, aku memasukkan batang penisku ke dalam liang
vaginanya. Tidak sulit tentu saja, maklum sudah punya dua anak dan
memang sudah becek pula.
Maka adegan selanjutnya sudah bisa ditebak, Mba Yanti yang sudah
terbakar birahi tentu saja orgasme lebih dulu akibat pompa penisku pada
vaginanya.
Namun sekali lagi, pagi itu memang milikku. Meskipun sudah orgasmu,
kakak iparku yang montok itu tetap penuh birahi meladeni permainanku
sampai akhirnya kami merasakan orgasme secara bersama. Nikmatnya luar
biasaaaa….
“Sembarangan kamu numpahin sperma di memekku ya Farhan…”, jeritnya ketika aku memuncratkan spermaku ke dalam rahimnya.
“Habis memek Mbak enak sih….”, seruku di telinganya. Kakak iparku
hanya melejat-lejat menikmati orgasmenya juga.Selesai orgasme, seperti
sepasang kekasih, kami berciuman.“Kamu memang gila Farhan, awas… jangan
bilang siapa2x ya!”, serunya perlahan.“Ya iyalah Mbak, masa’ mau
cerita-cerita..”, candaku. Dia pun tertawa lepas.“Kapan-kapan lagi ya
Mbak…”, pintaku.“Gila… kamu gila…” jeritnya sambil berjalan ke kamar
mandi.
Aku memandang tubuh montok kakak iparku dengan senyum puas. Akhirnya tubuh impianku itu kunikmati juga.
Dan kisah selanjutnya tentu juga mudah ditebak. Setiap ada
kesempatan, kami berdua mengulanginya lagi, tidak hanya di rumahnya,
tapi juga di rumahku dan kadang2x untuk selingan kami janjian di luar
rumah, main di mobil, pokoknya seruuuu…
2018
34 tahun
6 tahun
aku
dari
Herawati
ipar
istriku
kakak
lebih
namanya
punya
seorang
sudah
tua
Usianya
Yanti
0 comments:
Post a Comment
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.